HomeBeritaFIRMAN TUHAN IBADAHDARE TO BE REAL

DARE TO BE REAL

TIDAK MUNAFIK bag. 1 – Pdt. Yehaziel Silvanus Elnatan Osiyo, M.Th

Minggu 03 Oktober 2021

Tidak munafik adalah bagian dari integritas kita. Kita tentu pernah menemui pribadi yang sikapnya berbeda ketika di hadapan orang banyak (bersosialisasi), dan ketika berada di rumah. Atau justru apakah kita sendiri yang berperilaku demikian? Tak dapat dipungkiri bahwa kita juga menemukan orang-orang dengan segala labelnya (jemaat, aktivis, pendeta) yang begitu santun dan saleh di komunitas rohani (gereja), tetapi faktanya di rumah – di lingkungan keluarga perilakunya berbeda jauh. Di gereja mengenakan topeng sehingga perilakunya begitu manis dan mempesona tetapi ketika tiba di rumah topeng itu ditanggalkan dan tampil apa adanya. Menampilkan kondisi yang sesungguhnya, kasar, ringan tangan, penuh keluhan atau bahkan kejam. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa perilaku dan imannya tidak sejalan.

Tema kita minggu ini adalah DARE TO BE REAL. Seperti prolog di atas, fakta mengungkapkan bahwa banyak orang percaya yang palsu/fake, tidak berani tampil apa adanya, tidak berani hidup sesuai identitas yang baru, tidak berani menanggalkan topeng kemunafikan.

Roma 12:9 “Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.” Kata tidak munafik berasal dari kata ANUPOKRITOS. A – artinya ketiadaan, sedangkan HUPOKRITES artinya munafik, seorang pemain drama. Secara menyeluruh, tidak munafik artinya suatu prilaku yang tulus (sincere) bebas dari agenda-agenda yang tersembunyi. Itulah yang dimaksud dalam ayat di atas, bahwa kasih itu jangan berpura-pura.

Mengapa orang Kristen tidak berani menjadi “apa adanya” (real)?  Berikut 4 Hal orang Kristen tidak berani tampil apa adanya :

1. Untuk menutupi identitas dosanya

Topeng digunakan di wajah dan wajah berbicara tentang identitas (bukan nama) tetapi lebih dalam lagi berbicara tentang kepribadian

Roma 12:1 “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”

Dalam Terjemahan (TSI3) ”Berdasarkan semua yang sudah saya jelaskan sebelumnya tentang berbagai cara Allah berbaik hati kepada kita, maka sudah sepantasnya kita membalas kebaikan hati-Nya itu! Janganlah lagi kamu mengikuti cara hidup berdosa yang sudah menjadi kebiasaan orang-orang duniawi. Tetapi hendaklah kamu mengambil keputusan seperti ini, “Ya TUHAN, aku mempersembahkan tubuhku sebagai kurban bagi-Mu!” – walaupun sebenarnya kamu masih hidup. Keputusan seperti itu merupakan persembahan yang suci dan menyenangkan hati TUHAN. Janganlah lagi kamu mengikuti cara hidup berdosa yang sudah menjadi kebiasaan orang-orang duniawi.”

Sebagai orang percaya/Kristen, kita sudah tidak bisa lagi hidup seperti orang duniawi. Tidak boleh hidup dengan cara orang berdosa/orang-orang duniawi. Orang Kristen harus meninggalkan identitas lama dengan segala gaya hidupnya. Harus Bertobat! Jangan menyembunyikan/menutupi identitas baru sebagai anak Tuhan, sebagai orang percaya karena menolak untuk bertobat. Dengan identitas baru seharusnya kita masuk lebih dalam sebagai pribadi yang siap mempersembahkan hidup sebagai persembahan yang hidup dan kudus bagi Allah. Ingat persembahan itu diberikan ketika kita masih hidup.

Sekali lagi ketika membahas tentang identitas, itu bukanlah nama tetapi kepribadian/personality. Arti kepribadian adalah respon perilaku di depan umum yang ditunjukkan kepada orang di sekitar kita : ramah, ketus, galak, dll. Kata Persona sendiri memiliki arti sebagai topeng. Dalam dunia teater pada abad 18/19  para artis peran menggunakan topeng ketika mereka tampil. Personality/kepribadian bisa bersifat apa adanya tetapi juga bisa pura-pura atau munafik. Kita bisa menjadi seseorang yang munafik atau tampil sesungguhnya.

Ketika Yesus melayani di bumi,  Ia menghadapi banyak orang-orang /pemimpin agama yang munafik

Matius 7:3-5 “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”

Orang yang munafik dengan sangat jelas bisa melihat kekurangan, kesalahan, dosa orang lain – tetapi tidak bisa menyadari bahwa sesungguhnya kesalahannya jauh lebih besar dari orang lain.

Yohanes 7:53-8:11 “…………Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu………………..”

Don’t judge someone because their sin differently than you – Jangan menghakimi orang lain hanya karena kategori dosanya berbeda dengan kita. Kisah Wanita yang berzinah ini begitu luar biasa. Dengan kisah ini, Yesus membungkam orang-orang munafik yang terus menerus menggerus pelayananNya. Mereka begitu giat mencari kesalahan dan dosa orang lain. Mereka memperhadapkan seorang Wanita yang tertangkap basah sedang berzinah. Tentunya zinah tidak bisa dilakukan sendiri, jadi mereka seharusnya membawa serta pelaku pria. Jawaban Yesus yang bijak dan diucapkan dengan tenang akhirnya meruntuhkan serangan tekanan yang begitu gencar dilakukan para Ahli Taurat dan orang Farisi. Jawaban itu bagaikan tamparan keras yang menyadarkan mereka bahwa sebenarnya mereka juga manusia berdosa yang tidak berhak menghakimi sesamanya yang berdosa. Dosa mereka mungkin tidak sama dengan dosa Wanita ini, dan dosa mereka mungkin belum terungkap karena masih mereka sembunyikan dengan rapat, atau belum ada seorangpun yang mengetahuinya.  

Mengapa manusia berusaha menutupi identitas dosa mereka?

  • Karena dosa akan membuat kita merasa  ‘ Malu ’ :

Kejadian 3:7 “Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. – Tujuan utama iblis adalah untuk menelanjangi/mempermalukan kita di hadapan Allah. Banyak orang Kristen yang menolak untuk mengakui pelanggarannya (mengakui di hadapan hamba Tuhan) dengan alasan malu. Penyelesaian di hadapan hamba Tuhan itu penting karena didalamnya ada proses pendampingan  untuk benar-benar pulih. Jadi jangan salah mengerti, sehingga salah bertindak. Jangan menunda untuk melakukan penyelesaian, agar kita segera lepas dari rasa malu yang memenjarakan hidup kita.

  • Karena dosa akan membuat kita merasa bersalah dan ketakutan

Kejadian 3:8-9 “Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Di manakah engkau?” Dosa merubah kepribadian manusia. Manusia yang awalnya senang dengan keberadaan Allah, sukacita menikmati Taman Eden, kini dipenuhi rasa bersalah dan dicengkeram ketakutan.

Mazmur 51:1-4 “Untuk pemimpin biduan. Mazmur dari Daud, ketika nabi Natan datang kepadanya setelah ia menghampiri Batsyeba. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Pengakuan dan permohoan ampun Daud. Raja Daud memberikan contoh bagaimana berespon benar dengan teguran. Ia menyadari kesalahannya dan mau datang pada Tuhan untuk mengaku dosa dan memohon ampun. Sekali lagi, jangan mengeraskan hati. Jika saudara diingatkan akan dosa yang masih saudara simpan, segera bertindak. Sudah saatnya saudara bebas dari rasa bersalah dan ketakutan. Datanglah pada pemimpin (CG/FG Leader) – maka para pemimpin akan mendampingi saudara hingga saudara mengalami kelepasan dan perubahan maksimal.

2. Takut ditolak

Roma 12:2Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”

Kebutuhan dasar manusia adalah diterima, karena hal ini manusia melakukan banyak hal untuk bisa diterima, bahkan menjadi munafik sekalipun akan dilakukan. Dari kemunafikan yang terus menerus akan menyeret seseorang menjadi serupa dengan kepura-puraan yang sedang dijalaninya. Banyak orang Kristen tidak berani tampil apa adanya karena pengalaman PENOLAKAN yang pernah diterima atau dialaminya di masalalu.  

Yesus mengalami banyak penolakan ketika Ia melayani di bumi

Lukas 9:22 Dan Yesus berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”

Ditolak adalah suatu hal yang tidak bisa kita hindari tetapi ‘merasa tertolak’ adalah sebuah pilihan.

Banyak orang masih menggunakan topeng merasa ditolak. Ditolak adalah sikap orang lain terhadap kita sedangkan  merasa ditolak adalah sikap kita merespon orang lain. Bertahan pada perasaan tertolak artinya kita tidak bisa mengampuni orang yang pernah menolak kita. Mengampuni adalah sebuah langkah iman, tetapi itu adalah pilihan. Mengampuni adalah langkah untuk bangun dari perasaan merasa ditolak. Jika kita mau dimerdekakan dari rasa tertolak maka solusinya adalah beri pengampunan.

Lukas 6:22 “Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.” Ketika ditolak karena Yesus, kita harus berbahagia. Allah datang untuk memisahkan kita dari dunia agar kita  tidak menjadi serupa dengan dunia, tetapi  menjadi garam dan terang dunia.

3. Karena tidak mengetahui peran dan fungsinya di dalam tubuh Kristus

Roma 12:3 “Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.”

Dalam Terjemahan (TSI3)Tetapi berpikirlah secara bijaksana sesuai keyakinanmu tentang kemampuan khusus yang diberikan Tuhan kepadamu dengan jujur dan rendah hati.”

Roma 12:4 “Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama,”

Orang-orang Kristen yang tidak berani tampil apa adanya belum mengenali karunia-karunia yang Tuhan berikan agar mereka bisa berperan. Seperti tubuh yang memiliki banyak anggota dengan berbagai macam fungsi, maka demikianlah yang seharusnya terjadi dalam kehidupan berkomunitas. Setiap kita, setelah menerima kasih karuia keselamatan akan juga menerima karunia-karunia rohani untuk saling melayani dan melengkapi.

Dalam Roma 12:6-8 dicatat ada tujuh karunia-karunia rohani. Untuk mengetahui karunia rohani apakah yang kita terima, maka tipsnya adalah Easy, Enjoy, Fruitful – Mudah, Menyenangkan dan Berbuah. Dari ketujuh karunia rohani yang ada, manakah yang dengan mudah kita lakukan, ada perasaan senang/sukacita ketika melakukannya, dan ada buah yang dihasilkan dari apa yang kita lakukan. Buah bisa saja berupa apresiasi dari mereka yang menerima pelayanan (apa yang kita lakukan) tersebut.

Kecenderungan manusia memang suka memakai topeng. Perkembangan jaman dan teknologi memudahkan manusia menjadi apa saja yang mereka inginkan. Sosmed mencetak banyak manusia-manusia palsu, manusia yang hanya menampilkan apa yang baik dalam dirinya. Saat ini dunia bukan hanya sedang dilanda pandemi covid 19, tetapi juga dilanda pandemi narsisme. Mencintai diri lebih besar, sehingga semua yang ditampilkan adalah yang terbaik. Dalam istilah lain disebut juga sebagai pencitraan.

4. Karena tidak mengetahui prioritas

Roma 12:9 “Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.”

Prioritas utama adalah hukum kasih

Matius 22:37-39 “Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” The great commandment. Kembali kepada Kasih Agape – kasih yang apa adanya, tulus. Segala sesuatu yang  kita kerjakan didasari oleh kasih.

Yakobus 2:12 “Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang.”

Iblis berjuang untuk menjatuhkan kita dengan menghancurkan identitas, mengintimidasi dengan rasa tertolak, menutup mata rohani sehingga tidak menghetahui apa peran kita dalam tubuh kristus. Iblis berusaha menghancurkan, mengingatkan lagi tentang kepahitan yang pernah kita alami, luka-luka yang pernah kita derita. Saatnya bagi kita semua untuk bangkit dan melawan semua tipu muslihat iblis. Mari kembali pada kuasa salib. Mari membawa seluruh pengakuan dosa, rasa takut, penolakan, dan rasa sakit pada Tuhan Yesus. Dan memohon belas kasihan dan pengampunanNya. Sekarang waktunya untuk berlaku berkata yang selaras.  Ia tahu kelemahan kita – jadi mari melepaskan topeng kemunafikan.

LETS BE REAL, LEPASKAN TOPENG KEMUNAFIKAN