Ringkasan khotbah Pdm. Hengki Irawan Setiabudi, M.Th
Minggu, 15 Januari 2023
Waktu terus berjalan tak terasa kita sudah masuk tahun 2023. Selamat tahun baru bagi kita semua. Kita sudah melewati 2 tahun yang penuh perjuangan karena pandemi. Jika kita bisa melewati masa-masa yang sulit, semua karena anugerahNya. Tahun baru identik dengan resolusi baru – perubahan yang baru. Hal baru apa yang akan kita lakukan ditahun yang baru ini? Goal seting apa yang akan kita lakukan untuk menuju hal yang lebih baik?
Pandemi membatasi seluruh aktifitas kita, termasukhal ibadah. Ibadah onsite dirubah menjadi online. Jemaat tidak lagi bisa beribadah di gereja. Perlu waktu untuk beradaptasi denga hal ini. Kini semua sudah kita lalui, dari pandemi kita menuju kepada endemi. Kegiatan sudah mulai berjalan normal, pemerintah sudah mencabut statut PPKM. Fasilitas umum, termasuk tempat ibadah sudah kembali dibuka. Namun, masih ada beberapa jemaat yang kembali sulit beradaptasi. Mereka masihmenikmati ibadah secara online. Sebagai mahluk sosial, kita memerlukan orang lain. Gereja adalah tempat untuk membangun relasi. Jika terus beribadah secara online, maka relasi kita dengan sesama orang beriman menjadi kurang, dan ini tidak membangun. Gereja sudah dibuka, komunitas-komunitas rohani di dalamnya juga sudah mulai aktif. Oleh karenanya, mari menikmati kesempatan ini dengan kembali aktif berelasi. Bertumbuh bersama melalui relasi dalam komunitas rohani yang sehat. Relasi yang baik dengan Tuhan akan menghasilkan relasi yang baik juga dengan sesama manusia.
Perjanjian Baru adalah inisiatif dari Allah untuk rekonsiliasi dengan umatNya. Melalui Tuhan Yesus Kristus, kita bisa menikmati Perjanjian Baru yang Allah berikan.
Ibrani 8:8-12 “Sebab Ia menegor mereka ketika Ia berkata: “Sesungguhnya, akan datang waktunya,” demikianlah firman Tuhan, “Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka, pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Sebab mereka tidak setia kepada perjanjian-Ku, dan Aku menolak mereka,” demikian firman Tuhan.”Maka inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu,” demikianlah firman Tuhan. “Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama warganya, atau sesama saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku. Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.”
Ada lima hal yang akan kita pelajari dari ayat ini, yaitu :
1. Perjanjian Baru
Ayat 7 “Sebab, sekiranya perjanjian yang pertama itu tidak bercacat, tidak akan dicari lagi tempat untuk yang kedua.”
Perjanjian Baru ada karena Perjanjian Lama cacat/ternodai. Bangsa Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk, mereka menolak untuk taat/tidak setia. Yesus adalah perancang Perjanjian Baru.
Berkaitan resolusi, mungkin ada perjanjian lama yang kita nyatakan pada Allah, tetapi kita melanggarnya – kita tidak melakukannya. Mari membuat perjanjian yang baru dengan Tuhan. Hal ini bukan berarti setiap tahun kita merubah perjanjian dengan Tuhan. Intinya adalah ada komitmen untuk memperbaiki diri. Resolusi seperti apa yang akan kita lakukan tahun ini atau tahun mendatang. Tulis resolusi atau goal seting itu, perhadapkan pada Allah – dan berkomitmen untuk melakukannya. Jika kita gagal memenuhi komitmen di masa lalu yang kelam, akui di hadapan Tuhan – bangkit dan buat komitmen/perjanjian yang baru dengan Tuhan. Terus memohon pada Tuhan untuk memampukan kita melakukan perjanjian itu. Doa-doa kita mungkin terbatas, tetapi ada Roh Kudus yang menyempurnakan doa itu di hadapan Allah. Serahkan komitmen pada Tuhan, biar Tuhan yang memimpin kita mencapai komitmen itu.
Tahun 2022 terjadi inflasi – daya beli masyarakat turun. Tahun 2023 dikatakan gelap – secara kasat mata semua tidak diprediksi, ini menjadi kondisi yang mengkuatirkan, tidak hanya bagi pengusaha tetapi bagi semua lapisan masyarakat. Tetapi apa yang terlihat gelap, tidak dapat diprediksi – melalui kacamata hamba Tuhan/orang beriman ini adalah kesempatan untuk tumbuh dalam iman. Kesempatan untuk mengandalkan Tuhan sehingga ada terobosan baru, strategi bisnis baru, langkah-langkah baru yang luar biasa.
2. Perjanjian Baru mengantikan Perjanjian Lama
Perjanjian lama diganti karena ketidak taatan bangsa Israel. Perjanjian lama menjadi cacat karena tidak terpenuhi. Mari mengintropeksi diri, apakah kita memiliki cacat perjanjian dengan Allah di masa lalu? Apakah ada nazar (spesisifik, serius, rahasia) yang belum terealisasi. Jika ada, segera perbaiki, segera realisasikan. Ingat, sikap ketidak taatan, kebebalan, tegar tengkuk telah menyengsarakan kehidupan bangsa Israel.
3. Taruh hukum dalam akal budi dan hati
Matius 22:27 “Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.”
Hukum yang terutama – mengasihi Allah harus dilakukan dengan segenap akal budi.
I Petrus 1:13 “Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.”
Persiapkan akal budi sebagai tanah yang subur, siap menerima kebenaran firman Tuhan. Jangan mengisi hati dengan hukum lain – tetapi hanya isi dengan hukum Allah.
Roma 12:2 “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
Kita dilarang untuk menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi harus terus berubah dalam pembaharuan akal budi, sehingga tau mana yang baik dan jahat. Dunia ini akan terus bergerak menurut kehendaknya. Manusia yang mengikutinya akan menjadi serupa dengannya. Jika budaya korupsi yang sedang dikembangkan, ia akan menjadi koruptor. Jika budaya berontak yang sedang ngetrend, maka ia akan menjadi pelanggar hukum. Bukankah pelanggaran yang dianggap kecil/remeh sering kita lakukan juga? Bepergian dengan sepeda motor tanpa mengenakan helm, memacu kendaraan lebih cepat ketika lampu kuning lalu lintas menyala, dll. Mengapa kita tergoda melakukannya? Karena mayoritas masyarakat juga melakukannya. Inilah pelanggaran yang sudah membudaya.
Dalam ilmu pengetahuan, akal budi disebut sebagai MIND SET, yang artinya sekumpulan keyakinan/kepercayaan yang terbentuk untuk melihat dunia dan diri sendiri. Keyakinan ini terbentuk sejak dari kecil. Keyakinan yang tercipta dari kalimat/pernyataan orang tua, peraturan sekolah, contoh kehidupan, dll. Setiap manusia memiliki mind set – cara melihat kehidupan yang berbeda.
Sebuah buku karya Carol S. Dweck, Ph. D berjudul mindset – the new psychology of success menyebutkan bahwa manusia punya 2 mindset, yaitu
- Fixed mindset : saya berhasil karena bakat/kepintaran, bersifat melekat pada diri manusia. Pola pikir yang terbentuk berdasarkan didikan, pengamatan ,merasakan pola asuh dsb. Meihat Beban sebagai penderitaan – sulit di hadapi. Sebisa mungkin menghindari tantangan. Kegagalan adalah malapetaka. Bangsa Israel masa lampau adalah bangsa yang memiliki fixed mindset. Saat di padang belantara dan menghadapi berbagai tantangan, mereka justru merasa lebih senang di mesir karena bisa menikmati makanan yang enak. Fixed mindset tidak bisa melihat visi ke depan, tidak punya cita-cita. Bangsa Israel membangun berhala karena merasa berhala (Baal) yang bisa membuat melepaskan mereka dari kesulitan. Fixed mindset adalah pola pikir lama yang susah berubah.
- Growth minsed adalah pola pikir yang senang mencoba hal yang baru. Contoh dalam alkitab adalah pribadi Ayub. Bagi Ayub tantangan adalah sesuatu yang harus diselesaikan. Dalam kesengsaraannya (kehilangan harta dan keluarga, menderita sakit) Ayub tetap berpegang pada kebenaran Firman Tuhan. Bagi Ayub proses adalah hal utama bukan hasil. Growth mindset memandag segala sesuatu dengan positif (pikirannya membangun, ingin maju). Memiliki keingnan untuk belajar berkembang – belajar hal baru dan praktek. Mau menerima kritikan demi kemajuan. Melihat kegagalan sebagai peluang untuk maju. Tidak banyak mengemukakan alasan. Masalah membuat otot rohani semakin kuat.
Yang bisa mengubah mind set adalah Firman Tuhan. Kebenaran Firman Tuhan dan Roh Kudus mampu merubah sikap, akal budi, karakter sehingga kita menjadi manusia baru. Banyak mendengar Firman, banyak praktek firman, maka akan mengalami banyak perubahan – menjadi lebih baik (karakter/akal budi). Mari terus berjuang untuk hidup dalam growth mindset, sehingga kehidupan kita bisa bertumbuh dengan maksimal.
4. Kenalilah Tuhanmu
Yohanes 17:3 “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”
Allah mengutus anak-Nya yang tunggal agar semua yang percaya tidak binasa. Kita yang percaya harus terus bertumbuh sehingga mengenal Tuhan Yesus lebih dekat. Pertumbuhan tidak ditentukan dengan seberapa rajinnya kita beribadah/melayani. Tetapi ditentukan oleh bagaimana kita bisa menempatkan diri dalam berelasi dengan Tuhan. Mari belajar dari peristiwa Maria dan Marta. Kita harus tahu kapan menjadi Marta dan kapan menjadi Maria. Kesibukan adalah marta, sedangkan mengenal Tuhan adalah maria.
Belas Kasihan
Matius 9:13 “Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Roh belas kasih diberikan oleh Allah sehingga kita bisa peka, memiliki empati pada orang lain. Memiliki kemampuan untuk melihat sesamanya yang perlu dibantu, terbeban untuk memberi – support.
Pengampunan dosa
Matius 26:28 “Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.”
Mazmur 103:12 “sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.”
I Yohanes 1:9 “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”
Kristus sudah disalibkan untuk menebus semua dosa dunia. Tetapi sebagai orang percaya, kadang kita menyalibkan Kristus kembali dengan dosa-dosa yang kembali kita lakukan. Datang pada Tuhan untuk memohon pengampunan dosa tidak dilakukan sekali seumur hidup, tetapi dilakukan terus menerus. Kapan terakhir kita datang pada Tuhan untuk memohon pengampunan dosa? Hubungan/relasi kita dengan Tuhan akan terus bertumbuh ketika kita mau datang dan memohon pengampunan dosa pada-Nya. Ketika kita diampuni, maka kitapun harus mau menjadi pelaku kebenaran firman yaitu datang pada sesama untuk minta ampun dan mengampuni orang yang bersalah kepada kita.
Bersiaplah memiliki perjanjian baru yang ditaruh pada akal budi dan hati supaya Allah memberikan roh belas kasih dan pengampunan. Bersiap seperti murid yang menyiapkan tanah yang subur dalam hati untuk menerima Firman Tuhan yang memberi perubahan.
Mari pulang ke rumah dengan semangat baru, terus berkomitmen untuk memiliki hidup yang bisa mencerminkan Firman Tuhan.
Lukas 11:28 “Tetapi Ia berkata: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.”
Tuhan Yesus memberkati