HomeBeritaFIRMAN TUHAN IBADAHHEAVEN AT HOME (Bag. 2) – KINGDOM CULTURES

HEAVEN AT HOME (Bag. 2) – KINGDOM CULTURES

Ringkasan khotbah Pdt. Yehaziel Silvanus Elnatan Osiyo, M.Th

Minggu, 13 Februari 2021

Ketika hendak membangun keluarga dan menikmati restorasi dalam keluarga/rumah kita, maka kita harus belajar budaya-budaya (Kingdom Cultures) kerajaan yang membedakan kita dengan orang-orang yang bukan warga kerajaan. Definisi kebudayaan menurut Edward Burnett Tylor (1832-1921)adalah sistem kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Kita tidak bisa memilih di suku apa dilahirkan, tetapi ketika kita bertumbuh dalam satu lingkungan maka di dalamnya ada sistem yang kompleks. Ada kebiasaan-kebiasaan yang menjadi budaya yang mempengaruhi kita sehingga kita turut melakukan apa yang diwariskan dari generasi sebelumnya. Indonesia sebagai negara kepulauan sangat kaya dengan budaya, kesenian, dan berbagai kearifan lokal lainnya.

Namun, ketika kita menjadi orang percaya, kita adalah ciptaan baru dalam Yesus (Efesus 2:10) yang tidak lagi dipengrahui oleh budaya di sekitar kita tetapi kita akan membawa budaya kerajaan sorga ke keluarga/rumah/masyarakat. Karena ada begitu banyak suku dan budaya maka banyak juga pernikahan antar suku. Pernikahan yang terjadi antar pribadi yang berbeda suku tantangannya lebih berat, oleh karenanya diperlukan kesepakatan yang dipegang teguh bersama sebelum pernikahan dan dalam rumah tangga.

Roma 14:17 Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal  kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.” Sebagai warga negara di bumi, kita adalah warga negara Indonesia. Tetapi secara rohani – kita adalah warga negara kerajaan Allah. Israel memiliki Hukum Taurat yang dilakukan turun temurun, sehingga sudah menjadi budaya. Ada begitu banyak hukum yang mengatur kehidupan bangsa Israel, termasuk aturan tentang makanan dan minuman. Rasul Paulus menegaskan bahwa Kerajaan Allah bukanlah tentang makan dan minum, atau juga tentang agama, melainkan tentang kebenaran, damai sejahtera dan sukacita. Rasul Paulus membawa kebenaran ini, sesuai dengan apa yang dibawa oleh Tuhan Yesus – sistem kerajaan Allah

Matius 4:17 “Sejak waktu itu Yesus mulai mewartakan, “Bertobatlah dari dosa-dosamu, karena Allah akan segera memerintah sebagai Raja!”

Tidak seorangpun yang pernah hidup di surga kemudian ke bumi untuk menceritakan detail tentang surga. Tetapi Yesus benar-benar berasal dari surga, jadi apapun yang disampaikan tentang kerajaan surga adalah kebenaran. Sejak manusia jatuh dalam dosa, relasi dengan kerajaan Allah terlepas – otoritasnya dilucuti, hidup di luar suasana kerajaan. Tetapi pengorbanan Kristus, darahNya yang suci merestorasi kehidupan kita, merestorasi relasi kita dan  kita memiliki identitas baru sebagai warga kerajaan Allah. 

Untuk melihat apa isi kerajaan Allah, mari belajar dari Kristus yang membawa kerajaan Allah ke dalam dunia.

Matius 6:9-13 “Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)”

Point kerajaan Sorga :

1. Menghormati Bapa yang di surga – Bapa kami yang di surga

Lukas 9:35 “Kemudian dari awan itu terdengar suara yang berkata, “Inilah Anak-Ku yang Kupilih. Dengarkan Dia!”

Matius 3:16-17 ”………. Kemudian terdengar suara Allah mengatakan, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi. Ia menyenangkan hati-Ku.”

Allah Bapa menyatakan identitas Yesus sebagai Anak-Ku yang Kupilih, yang Ku kasihi. Pertegas identitas anak kita di hadapan orang banyak. Tunjukan pengakuan kasih sehingga membangun kepercayaan diri anak.

Apa yang menjadi fokus dalam rumah kita adalah Tuhan Yesus Kristus.  MENGHORMATI YESUS KRISTUS.

Yohanes 14:8 “Maka Filipus berkata kepada Yesus, “Tuhan, tunjukkan Bapa kepada kami, supaya kami puas.” Tetapi Yesus menjawab, “Sudah begitu lama Aku bersama kalian, dan belum juga engkau mengenal Aku, Filipus? Orang yang sudah melihat Aku, sudah melihat Bapa. Bagaimana engkau dapat mengatakan, ‘Tunjukkanlah Bapa kepada kami’? Yesus, Bapa, dan Roh Kudus adalah Trinitas. Keberadaan Yesus adalah karena kerajaan Allah. Filipus sudah begitu lama mengiring Yesus, tetapi ia masih belum mengenal siapa Yesus. Ini membuktikan bahwa pengenalan yang benar bukan karena lamanya tetapi seberapa dalamnya.

Ibrani 12:2 [looking away from all that will distract us and] focusing our eyes on Jesus, who is the Author and Perfecter of faith [the first incentive for our belief and the One who brings our faith to maturity], who for the joy [of accomplishing the goal] set before Him endured the cross, disregarding the shame, and sat down at the right hand of the throne of God [revealing His deity, His authority, and the completion of His work]. (Amplified Bible)  – jangan sampai fokus kita teralihkan – fokus kita harus kepada Tuhan Yesus. Yesus adalah penulis hidup kita dan Dialah yang akan menyempurnakan hidup kita. Allah adalah Allah yang pencemburu. Apapun yang kita lakukan mari melandasinya dalam Nama Tuhan Yesus Kristus.  FOKUS PADA Yesus SEBAGAI ‘penulis’ dan ‘penyempurna’ iman kita

2. Hidup Kudus – Di Kuduskanlah nama-Mu

Ibrani 13:4 “Hendaklah kamu semua menghargai pernikahanmu masing-masing sebagai ikatan yang suci, dan jagalah hubungan antara suami-istri supaya tetap murni. Karena Allah akan menghukum setiap orang yang berbuat cabul atau zina. (TSI3)”

MENGHORMATI PERNIKAHAN

Jika seseorang tidak menjaga kemurnian pernikahannya maka besarlah peluang untuk jatuh dalam perselingkuhan dan ketidakjujuran. Orang yang teledor sperti ini akan mendapat hukuman dari Tuhan. Sejak dini anak-anak muda harus memiliki pola pikir yang benar tentang pernikahan. Sehingga bisa menyiapkan diri dengan baik. Memilih pasangan yang juga memiliki padangan yang sama. Sebelum masuk pernikahan kudus dan ketika menikah tetap menjaga kekudusan itu, menjaga kemurnian pernikahan. Kita dikuduskan melalui korban Kristus dan selanjutnya kita wajib menjaga kekudusan itu. Hidup kudus adalah mutlak, dan ini adlaah budaya kerajaan surga. 

3. Hidup dalam penundukan akan kehendak Allah – Datanglah KerajaanMu, Jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga

Filipi 2:5-11 ”Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,…………………”

Pikiran Kristus adalah TAAT, rela mengosongkan diri, rela mengorbankan diri – TAAT sampai mati. Ketika Yesus menuju kayu salib, Ia tahu betapa beratnya siksaan dan penderitaan yang akan diterimaNya. Tetapi Yesus tidak menolak proses salib, melainkan berserah pada kehendak Bapa. Apapun situasinya TAAT itu mutlak. Baik saat kita masih bergumul maupun saat sudah berhasil melewati tekanan. Memiliki status baru sebagai anak Allah – diberi kuasa olehAllah setelah bertobat bukanlah sesuatu yang patut dijadikan kebanggaan yang merusak.  Artinya dengan kuasa yang diberikan Allah menjadikan kita sombong, tidak berhikmat, dll. Tetapi mari lemihat dan mengikuti teladan Kritus yang tidak menganggap kesetaraanNya dengan Bapa sebagai sesuatu yang harus dipertahankan. Tetapi Kristus TAAT – rela mengosongkan diri – merendahkan diriNya, bahkan megambil rupa sebagai hamba agar kehendak Bapa terlaksana. Semakin kita dekat dengan Allah, maka kita akan semakin rendah hati dan semakin TAAT. Surga adalah rumah bagi mereka yang TAAT. Inilah rumah kita, jadi mari terus taat. Nilai budaya kerajaan surga TAAT sampai akhir.

4. Hidup dalam kebergantungan kepada Allah mulai dari beutuhan pokok sehari-hari – Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya

Matius 6:25, 31, 34  “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Jangan kuatir! Tetapi bergantunglah terus kepada Tuhan. Seringkali kita jumpai seseorang begitu bergantung pada Allah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari ketika siatuasi ekonomi sedang tergunacang. Tetapi ketika perekonomian sudah kembali stabil, bahkan sudah lebih kuat lagi, ia lupa bergantung kepada Tuhan. Tidak lagi berdoa/meminta kepada Tuhan. Sikap bergantung yang seperti ini bukanlah budaya kerajaan Allah, karena bergantung pada Allah itu bukan hanya pada situai yang sulit, tetapi dalam segala situasi.

Efesus 5:20 “Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita” Kuatir bukanlah budaya kerajaan surga, karena BERSYUKURLAH SENANTIASA adalah budaya kerjaan surga yang harus kita lakukan terus menerus. Senantiasa bersyukur sekalipun dalam pergumulan hidup yang keras dalam situasi pandemi. Selalu bersyukur karena Kesehatan yang terus Tuhan berikan.  Bersyukur dengan berkat makanan dan minuman yang ada.

5. Mengampuni – Dan ampunilah kami akan segala kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami

Mengampuni bukanlah sesuatu yang mudah, oleh karenanya mari terus bergantung kepada Allah agar kita terus dimampukan untuk mengampuni. Ketika disakiti, difitnah atau hal menyakitkan lainnya, mari melepaskan pengampunan. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada diri kita, mari melakukan interopeksi, apakah ada kesalahan yang kita lakukan. Mengampuni adalah bentuk tindakan kasih, wujud dari ketaatan kita kepada Tuhan.

I Korintus 13:1-13 “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” Kasih kekal sampai di surga

Yohanes 13:35 “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”

Matius 22:37-39 “Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Karya terbesar dalam kerajaan Allah adalah MENGASIHI. Kasih yang ditawarkan dunia adalah kasih eros, hawa nafsu, kasih yang merusak, menguasai, memanfaatkan. Sedangkan kasih agape itu tulus, rela Berkorban. Budaya valentin ditunggangi iblis dengan mengumbar kasih eros, melakukan hal-hal yang tidak kudus. Mari kita menjaga pasangan dengan kasih agape, kasih yang bertanggunggjawab – kasih yang tidak merusak. Mari terus menanamkan budaya yang benar kepada anak-anak kita. Orang tua sebagai teladan di rumah harus benar-benar mengajarkan kasih agape dalam berelasi baik dengan pasangan, maupun dengan anggota keluarga lainnya. 

6. Perlindungan – dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.

Di dunia ini tidak ada jasa security yang bisa mengcover kita sepenuhnya. Bergantunglah pada Allah untuk perlindungan yang total dan maksimal.

Matius 26:41 (Markus 14:38) “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” Berjaga-jaga dan berdoa senantiasa, semakin diberkati semakin bergantung, semakin teguh berdoa, setiap hari meminta perlindungan.

7. Pengakuan dan pengagungan kepada Bapa di surga – (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)

Roma 11:36 “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”

Jangan mencuri kemuliaan Allah. Semua yang terjadi, yang kita miliki, yang sudah kita capai adalah dari Tuhan. Akuilah semua itu dari hal yang sederhana. Membudayakan diri untuk  terus menyadari bahwa Tuhanlah yang membuat kita bisa memiliki segalanya adalah langkah terbaik untuk terus mengingatkan kita bahwa sesungguhnya kita tidak bisa menjadi siapapun, atau memiliki apapun tanpa pertolongan dan seijin Allah.

Isi kerajaan surga, kebenaran, damai sejahtera, sukacita oleh Roh Kudus dan kasih. Jika kita akan membuat keputusan budayakan untu mengecek apakah sesuai kebenaran/firman Tuhan – caranya benar atau tidak. Ketika mengeksekusi keputusam apakah ada damai sejahtera,  apakah ada sukacita? Apakah kita bersungut-sungut melakukannya?. Jika semua sudah sesuai dengan Firman Tuhan, damai sejahtera saat melakukannya, maka semua menghasilkan sukacita. Yang paling besar dari semua isi kerajaan surga adalah kasih.  Kasih mendatangkan damai sejahtera dan sukacita. 

KITA BERASAL DARI KERAJAAN SORGA – MEMBAWA BUDAYA KERAJAAN SORGA – BUDAYA YANG HARUS TERUS DIUSAHAKAN/ DIUPAYAKAN/ DIKEMBANGKAN DI DALAM RUMAH TANGGA.

Tuhan Yesus memberkati (Cy-M)