Ringkasan khotbah Pdt. Yehaziel Silvanus Osiyo, M.Th
Minggu, 25 September 2022
Arti community, berasal dari dua kata : common (sesuatu/hal yang sama) + unity (kesatuan). Jadi komunitas adalah kumpulan orang-orang yang berbeda-beda karakter, latar belakang, talenta namun memiliki tujuan, misi dan nilai-nilai yang sama. Sebagai mahluk sosial, kita sudah melakukan hal ini – tetapi masih banyak yang belum mengerti visi dari komunitas yang diikuti. Apakah nilai-nilai yang dibawa komunitas itu sesuai dengan kehendak Tuhan? Atau apakah ini adalah komunitas terang yang membawa kerohanian kita semakin mengasihi Tuhan?
Komunitas yang terkecil di dunia adalah pernikahan. Dalam sebuah pernikahan ada perbedaan karakter, dan latar belakang tetapi memiliki visi yang sama. Suami isteri mengembangkan nilai-nilai yang kemudian akan diteruskan oleh generasi yang hadir dalam pernikahan itu.
Hal penting :
Kejadian 2:18 “TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”
Sejak awal manusia didesain untuk berkomunitas. Manusia tidak bisa bertumbuh sendiri, manusia bertumbuh dalam komunitas. “Talenta mungkin dapat dikembangkan sendirian tetapi Pengembangan Karakter membutuhkan orang lain” Talenta bisa diasah sendiri tetapi tanpa komunitas, seseorang akan menjadi pribadi yang egois dan sulit menerima masukan.
Ketika anak-anak bertumbuh, lihat perkembangan karakter anak. Jangan hanya mengembangkan talentanya (hard skill) tetapi juga karakternya (soft skill). Hasil survey orang sukses, 89% terletak pada karakternya, talenta memang diperlukan, tetapi itu tidak berada di peringkat teratas.
Pencapaian kita bukan hanya karean memiliki talenta yang luar biasa,tetapi juga memiliki komunitas yang sehat. I Korintus 15:33 “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” Pergaulan berbicara tentang komunitas. Berada dalam komunitas yang tidak sehat artinya sia-sia, membuang waktu untuk sesuatu yang tidak membangun. Seiring pertumbuhan fisik, maka secara karakter kitapun harus bertumbuh. Cek komunitas yang kita ikuti. Semakin banyak talenta yang dimiliki, semakin kita memerlukan komunitas yang sehat. Sehebat apapun talenta yang kita miliki/dimiliki anak kita, akan rusak jika kita/mereka salah memilih komunitas. Sebagai orang tua, tanggung jawab kita untuk mencarikan komunitas terang yang sehat dan terang bagi generasi yang Tuhan berikan. Jika kita tidak memperjuangkan komunitas sehat bagi generasi, maka generasi kita akan diserap oleh komunitas-komunitas gelap yang dengan gencar sedang dibangun oleh kuasa gelap. Membangun komunitas dimulai dari keluarga di rumah dan keluarga-keluarga lain di gereja. mari membangun komunitas yang sehat bagi generasi.
If you want to go fast go alone, if you want to go far go together. Perjalanan rohani kita bukan perjalanan jangka pendek, tetapi perjalanan yang jauh. Kita tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Orang yang berjalan sendiri, tidak memiliki barometer, tanpa penyemangat.
Apa yang bisa diharapkan dari sebuah komunitas manusia terang :
1. Dukungan (encouragement)
- Empati – sikap ikut merasakan kesedihan orang-orang disekitar.
- Simpati – mengerti perasaan orang lain
- Belajar dari pengalaman orang lain – pengalaman orang lain adalah guru yang terbaik. Saat menghadapi masalah kita bisa meminjam hikmat dari pengalaman orang lain yang sudah pernah mengalaminya.
- Tidak menyerah dan semangat lagi
Tanda kita ada di dalam komunitas yang benar Komunitas yang Benar akan membantu kita mencapai sesuatu yang tidak pernah dapat kita capai sendirian
Markus 2:1-5 “Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!”
Empati-simpati dari komunitas yang diikuti si lumpuh membuat mereka berjuang maksimal. Tidak ada celah untuk membawa si lumpuh menemui Yesus, rumah itu terlalu padat pengunjung, akhirnya mereka memasukan si lumpuh dari atap. Ada usaha yang luar biasa, ada kerjasama yang baik, dan karena komunitas yang erat ini, Yesus menyembuhkan si lumpuh. Ketika kita tinggal dalam komunitas, kita akan berada di tengah-tengah orang yang mau repot menolong kita, berjuang dan berkorban untuk pertumbuhan kita.
Hargai jerih lelah orang-orang di sekitar kita dalam komunitas, taat pada pemimpin komunitas. Jangan menunggu seperti si lumpuh untuk bisa menghargai orang-orang di sekitar kita. Bagaimana bentuk ucapan terimakasih pada pemimpin kita? Melanjutkan dengan menolong orang lain di sekitar kita
2. Percepatan
Amsal 27:17 “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.”
Sebuah pohon akan lebih mudah ditebang dengan menggunakan kapak/gergaji yang tajam. Sesuatu yang tajam membuat segala sesuatu menjadi cepat, efektif, efisien. Semua terjadi di komunitas. Orang yang menolak berkomunitas membuat pikiran semakin tumpul. Tujuan yang sama dalam komunitas membawa anggota kepada pertumbuhan. Gesekan dalam komunitas itu akan menjadi sesuatu yang baik, jika kita merespon dengan benar. Gesekan adalah untuk menajamkan kita, bukan untuk menghancurkan.
Gesekan yang bertujuan untuk menghancurkan sama dengan intimidasi. Responi dengan benar, anggap saja mereka yang mengintimidasi adalah amplas, sedangkan hidup kita adalah pohon/kayu. Kehidupan kita semakin diperhalus, tetapi amplas yang sudah digunakan (sudah habis permukaan kasarnya) tidak bisa digunakan lagi. Ia akan berkahir di tempat sampah
Tanda kita ada di dalam komunitas yang benar, komunitas yang benar akan menyebabkan kita mengalami ‘Kemajuan’ yang signifikan baik dari sisi Karakter maupun Karisma. Ps. Jacob Ezra mengatakan “Charisma will bring you to the top, but character will maintain you in the top. Dalam komunitas yang sehat karakter kita juga akan mengalami percepatan/kemajuan.
Berada dalam komunitas yang sehat dan berjuang membangunnya bersama-sama maka akan ada pertumbuhan dalam komunitas itu. Belajar adalah kepada yang lebih dari kita. Jika komunitas yang kita ikuti tidak membangun, tinggalkan. Cari komunitas yang lebih baik.
3. Akuntabiltas
Adalah Bentuk Pertanggungjawaban dari sebuah Tindakan atau tugas yang dilakukan seseorang. Orang yang hidup sendiri, tidak ada mentor – tidak ada yang mengawasi, tidak ada yang menerima pertanggungjawaban. Secara pribadi, segala sesuatu harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.
Tujuannya :
Yakobus 5:16 “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.”
Kita perlu orang lain untuk membimbing (menjaga dan mengawasi) kerohanian kita. Pengakuan dosa tidak kuat jika dilakukan sendiri, tidak ada pemimpin rohani yang menjadi saksi atau mendoakan. Pertanggungjawabab (akuntabilitas) dilakukan supaya sembuh.
Galatia 6:1-2 “Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan. Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.
Dalam komunitas, kita semua saling berjaga-jaga. Pemimpin akan menjaga kawanan agar dalam perjalanan tidak melenceng, keep on the right track dan tidak jatuh dalam dosa.
Tanda kita ada di dalam komunitas yang benar : Ada orang yang bersedia dengan senang hati membimbing dan memuridkan kita untuk senantiasa berjalan didalam Kehendak Tuhan.
4. Perlindungan
Yohanes 10:27 “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,”
Orang percaya dianalogikan seperti seekor domba. Domba adalah hewan yang lemah tidak punya : tanduk, taring, maupun bisa, sehingga rentan dimangsa predator. 3 cara domba bertahan menghadapi predator : menghindar, berkumpul dalam kawanan, mendekat pada gembala
Pengkhotbah 4:9-12 “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas? Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.”
Mazmur 23 “Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.”
Kita akan aman jika dekat dengan Sang Gembala Agung, karena ada perlindungan. Kita harus hidup dekat dengan Gembala Agung.
I Petrus 2:9-10 “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.
Kata kamu: bersifat individu dan komunitas. Tanda kita ada di dalam komunitas yang benar, kita ‘Berkumpul Bersama’ namun memiliki Hubungan secara Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus. Sekalipun berkumpul, ada dalam komunitas, kita semua harus memiliki relasi pribadi /terkoneksi dengan Tuhan, karena iman “tidak bisa nebeng”. Iman adalah urusan pribadi (relasi) dengan Tuhan.
5. Kasih
Yohanes 13:34-35 “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
Kolose 3:12-15 “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.”
Komunitas yang benar adalah komunitas dimana kita dapat menemukan dan juga memberikan kasih. Tujuan berkomunitas adalah bukan untuk mengambil kasih sebanyak-banyaknya, melainkan berhak menerima dan juga wajib memberi. Semua dimulai dari “SAYA”, perubahan dimulai dari ‘SAYA”. Siapkan generasi dengan membangun komunitas yang sehat buat mereka.
MENJADI MANUSIA BARU ADALAH BERTUMBUH DALAM KOMUNITAS YANG SEHAT