HomeBeritaFIRMAN TUHAN IBADAHPERJANJIAN BARU – COVENANT RELATIONSHIP 1

PERJANJIAN BARU – COVENANT RELATIONSHIP 1

Ringkasan khotbah Pdt. Yehaziel Silvanus Elnatan Osiyo, M.Th

Minggu, 8 Januari 2023

Perjanjian adalah salah satu cara Tuhan untuk menggenapi janji dan memulihkan manusia. Rancangan keselamatan digenapi Allah melalui perjanjian demi perjanjian. Perjanjian Baru adalah perjanjian yang terakhir karena di berikan Tuhan di zaman akhir.

Sumber tema besar kita adalah Ibrani 8:8-12 Sebab Ia menegor mereka ketika Ia berkata: “Sesungguhnya, akan datang waktunya,” demikianlah firman Tuhan, “Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka, pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Sebab mereka tidak setia kepada perjanjian-Ku, dan Aku menolak mereka,” demikian firman Tuhan. “Maka inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu,” demikianlah firman Tuhan. “Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama warganya, atau sesama saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku. Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka”

Thema yang akan kita bahas minggu ini adalah covenant relationship. Bersama-sama kita akan mengetahui apa yang Tuhan mau dan relevansinya dalam kehidupan setiap hari. Jadi relasi yang seperti apa yang seharusnya kita miliki? Relasi terjadi dari dua pihak/dua orang, dan relasi itu bisa positif atau negatif. Jenis relasi :

  • Relasi keluarga
  • Persahabatan
  • Kenalan
  • Relasi romantic
  • Relasi “intim”
  • Relasi kerja
  • Relasi (situasional)

Relasi yang sedang berkembang di dunia jauh dari apa yang Tuhan inginkan, dan itu sangat mengerikan. Relasi terbuka begitu gencaar di gaungkan. Didalamnya ada hubungan intim tanpa komitmen, bahkan terjadi lebih dari sepasang, dan itu dianggap menjadi suatu yang wajar. Komitmen yang sehat dianggap sebagai sesuatu yang kuno. Ini adalah trend yang sudah menjadi gaya hidup berbagai kalangan. Para influencer dengan banyak follower mengekspos kehidupan seperti ini. Gaya hidup yang tidak sehat ini diapresiasi sebagai suatu keberanian mengekspos kebebasan diri. Iblis sedang gencar menggunakan teknologi untuk mempromosikan gaya hidup yang tidak baik ini.

Ketika manusia jatuh dalam dosa, hal pertama yang dirusak adalah relasi. Allah kita adalah Allah yang relasional

  • Kejadian 1:26 Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.“

Relasi Tri Tunggal terjalin begitu baik sehingga proses penciptaan terjadi

  • Kejadian 2:18 UHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”

Karena Allah adalah Allah yang relasional, Ia menciptakan manusia yang segambar dengan diriNya menjadi ciptaan yang relasional.

Hukum yang pertama adalah hukum relasional

  • Matius 22:37-40 Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.  Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.  Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilal  tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.“
  • Allah yang relasional memberikan hukum yang bersifat relasional juga. Kita mengenalNya dari perintah/hukumNya. Kita dipilih unutk membangun suatu relasi yang indah, tidak hanya dengan manusia, terlebih dengan Tuhan. Allah benar-benar menghargai relasi, jika kita mengasihi Tuhan, kita pasti mengasihi sesama.
  • Kebutuhan dasar setiap manusia adalah membangun relasi yang sehat dengan sesamanya. Segala kebutuhan di taman eden disediakan Allah sebelum manusia diciptakan, tetapi kebutuhan relasi itu harus diperjuangkan secara personal oleh manusia. Jemaat di Korintus memiliki karunia rohaninya luar biasa, tetapi relasi mereka dengan sesama tidak baik. Prestasi yang besar tanpa relasi dengan sesama tidak akan berdampak. Ini yang sedang dikembangkan iblis, menghancurkan relasi. Manusia, saat ini semakin tidak menghargai relasi. Membangun relasi bukan sesuatu yang mudah, tetapi untuk menghancurkannya sangat mudah.

Pertanyaan yang pertama adalah pertanyaan relasional

  • Kejadian 3:9“Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Di manakah engkau?” Dimana posisi relasi kita dengan Tuhan? Mari intropeksi
    • Berada di taman eden bukanlah prestasi Adam dan Hawa, dan ketika mereka jatuh dalam dosa – Allah tidak langsung menghakimi, tetapi mengajukan pertanyaan yang relasional. Di tahun Perjanjian Baru ini mari membangun relasi yang benar dengan Tuhan. Jika relasi kita dengan Tuhan baik, maka relasi dengan sesama juga baik. Apa yang ada di dunia ini adalah cerminan relasi kita dengan Tuhan. Kita memang tidak bisa menyenangkan semua orang, tetapi relasi kita dengan kelaurga inti adalah cerminan relasi dengan Tuhan.

Berkat dari relasi – relasi yang baik mengundang berkat dari Tuhan :

  • Mazmur 133:1-3 “Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.”

Minyak adalah urapan – mendatangkan berkat. Kepala – janggut – leher jubah berbicara tentang generasi. Jadi keluarga yang memiliki urapan Allah, berkat urapannya akan dirasakan turun temurun. Iblis mengerti hal ini sehingga berusaha menghancurkan keluarga sehingga generasi yang hadir tidak menikmati urapan/minyak

  • Amsal 15:17 “Lebih baik sepiring sayur dengan kasih dari pada lembu tambun dengan kebencian.’

Relasi yang baik mendahului berkat. faktanya yang dikejar adalah berkatNya, manusia lupa mengejar relasi yang benar dengan Tuhan

Allah sangat menghargai relasi

  • Matius 21:13 dan berkata kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.“

Yesus membersihkan bait suci. Rumah Tuhan akan disebut rumah doa – doa bicara tentang relasi. Jangan menelantarkan relasi dengan Tuhan karena hal-hal lain. Tubuh kita adalah Bait Tuhan, jadi mari menjaga relasi dengan Tuhan. Jangan sampai Tuhan datang dan menjungkirkan kehidupan kita untuk membersihkan bait sucinNya yang adalah tubuh kita. Selagi ada kesempatan, mari bertobat dan introspeksi diri, mari membangun relasi yang sehat

  • Lukas 10:41 “Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, 10:42 tetapi hanya satu saja yang perlu : Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”

Jangan mengatasnamakan pelayanan untuk mencuri kemuliaan – fokus pelayanan tidak pada Tuhan. Saat pelayanan kita juga harus menikmati ibadah.

Relasi yang baik itu mendatangkan berkat yang besar maka relasi itu harus diamankan atau dipelihara dan dijaga

Perjanjian (covenant)

Tidak ada relasi yang menjadi kuat tanpa adanya komitmen. Tanpa komitmen, relasi akan menjadi rapuh. Tetapi inilah yang sedang dibangun oleh iblis. Tanpa komitmen, relasi hanya menjadi suatu hubungan yang egois, dibangun saat diperlukan. Jika ada yang lebih menguntungkan akan ditinggalkan. Tetapi relasi yang sehat adalah relasi yang berdasarkan perjanjian, yang akan terus bertahan saat musim berganti, kuat saat ujian datang karena semua saling menguatkan

Covenant relationship/Hubuangan yang terikat janji = adalah persetujuan antara kedua belah pihak untuk mau berkomitmen dan menjaga relasi diantara mereka (Ps. Andreas Raharjo).

Dalam hubungannya dengan manusia, Allah memiliki :

  • Integritas – janjiNya digenapi secara tepat (presisi). Dalam hubungan dengan sesama juga memerlukan integritas.
  • Kejujuran – contoh, Allah jujur dengan Abraham tentang rencana pemusnahan sodom gomora
  • Kepercayaan – Allah tetap percaya pada Abraham sekalipun ia berkali-kali jatuh
  • Kekudusan – Allah yang kudus

Umat perjanjian

Allah yang menjadikan kita umat perjanjian

Kejadian 17:1-2 Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: “Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela. Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak.”

Perjanjian adalah Inisiatif dari Allah, jadi jika saat ini kita menjadi umat perjanjianNya jangan sombong dengan. Sadari bahwa semua dari Allah.

Matius 16:15-17 “Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”  Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.

Pertanyaan “apa katamu?” menunjukkan bahwa Allah ingin mengetahui secara personal bagaimana pendapat Simon Petrus, ini adalah pertanyaan relasi. Pertanyaan yang sama juga diajukan kepada kita, menurut kita secara pribadi – siapakah Yesus itu? Jawaban yang kita berikan saat ini menentukan bagaimana kita ke depan, seperti halnya yang terjadi pada Petrus (ayat 18  “Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.’) Jika pengenalan kita dengan Tuhan hanya relasi yang situasional maka kita kehilangan makna dari Perjanjian Baru.

Penutup

Ibrani 8:6 “Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi.”

I Korintus 11:25 “Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!”

ALLAH yang RELASIONAL menginginkan relasiNya dengan manusia itu menjadi kuat melalui sebuah Perjanjian dan meresmikannya melalui Penumpahan Darah Sang Putera diatas kayu salib.

Tuhan Yesus memberkati.