Ringkasan khotbah Pdt. Yehaziel Silvanus Elnatan Osiyo, M.Th
Kamis 18 Mei 2023 – Ibadah Kenaikan Isa Almasih
Kisah Para Rasul 1: 6-11 “……..Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka,…………”
Fakta yang tidak dipungkiri bahwa murid-murid Yesus dengan mata jasmani melihat Sang Guru terangkat ke sorga pada saat hari terang benderang. Ketika Sang Guru naik ke sorga dijanjikan bahwa dengan cara yang sama Yesus akan turun kedunia. Saat ini kita sedang menantikan kedatanganNya yang kedua kali.
Sebelum Yesus terangkat, para murid bertanya – Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” Jawab-Nya: “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.
Cara kerja Tuhan dalam dimensi jasmani menggunakan – masa dan waktu.
- Masa disebut sebagai chronos, yaitu waktu secara umum – waktu yang berurutan/pasti (jam, hari,tanggal, bulan, tahun). Semua waktu yang dimiliki manusia sama.
- Waktu disebut sebgai Kairos yaitu waktu sebagai sebuah “kesempatan’ – waktu yang tepat – saat yang tepat.
Tuhan menggunakan chronos untuk menyatakan kairosNya. Kita hidup di waktu yang sama tetapi mengalami musim yang berbeda. Tujuan hidup/panggilan melalui profesi masing-masing adalah MENJADI SAKSI.
Dalam hidup (timeline kehidupan) ada titik dimana kita menerima visi, panggilan janji (pada usia yang berbeda). Dan setiap visi/panggilan yang kita terima pasti akan digenapi. Ingat, setelah melewati waktu ribuan tahun janji protoevangelium digenapi dengan tepat. Ada waktu janji diterima dan ada waktu janji digenapi. Ada waktunya Yesus terngkat ke sorga ada waktunya Yesus akan kembali dengan cara yang sama.
Mazmur 105:16-19 “Ketika Ia mendatangkan kelaparan ke atas negeri itu, dan menghancurkan seluruh persediaan makanan, diutus-Nyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual menjadi budak. Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi, sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya.”
Ada jarak antara janji kita terima dan digenapi, dan masa/musim ini disebut dengan PERSIAPAN. Penggenapan janji tergantung pada respon kita pada janji itu. Tuhan sudah memberi vis bagi Yusuf, tetapi faktanya Yusuf dijual sebagai budak. Saat menuju penggenapan janji, kita melewati ujian – pantas/siapkah menerima penggenapan janji. Setiap ujian membutuhkan respon. Ujian demi ujian dan respon demi respon akan terus bergulir hingga tiba waktunya kita siap menerima penggenapan janji. Yusuf membutuhkan 13 tahun untuk menerima penggenapan janji.
Secara umum kita menerima janji yang sama, tetapi secara spesifik janji itu berbeda. Oleh karenanya mari mengenali musim masing-masing, jadi kita tidak perlu membanding-bandingkan apa yang kita alami dengan orang lain. Mari fokus dengan masa persiapan kita sendiri. Tidak perlu iri (menggosip, dll) dengan apa yang terjadi pada orang lain – yang sudah mendapat penggenapan janji. Tujuan dari masa persiapan/ ujian adalah kita semua harus menjadi saksi. Yusuf, ketika dia menghadapi ujian demi ujiannya – respon benarnya membuatnya menjadi saksi bagi Allah. Semua yang dipikirkan, katakan dan lakukan mempermuliakan nama Allah. Demikian juga dengan Daniel – Abraham, kita menghadapi ujian dan ujian, semua respon benarnya mempermuliakan naman Allah.
Perhatikan! Bicara tentang perjanjjian – Allah kita adalah Allah yang berjanji – ¼ kitab Perjanjian Lama adalah janji. Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang ketika Ia berjanji pasti akan menepati. Tuhan tidak akan mungkin menyatakan sebuah janji yang Dia sendiri tidak ingin tepati. Jika Ianaik ke sorga dan berjanji untuk kembali maka Ia akan benar-benar datang kembali. Isi Alkitab kita adalah janji. Ada 353 nubuatan tentang Yesus. Perjanjian Lama memiliki 1.229 nubuatan – dan 588 nubuatan dalam Perjanjian Baru, jadi total ada 1.817 nubuatan dalam Alkitab. Sebagian besar dari nubuatan itu sudah ditepati. Kelahiran Kristus saja sudah menggenapi 100 nubuatan. Ada 40 penulis dalam Alkitab, kitab-kitab ditulis dalam rentang waktu yang berbeda, jadi para penulis tidak pernah hidup dalam satu era sehingga mereka bisa bertemu. Para penulis juga memiliki strata sosial dan latar belakang Pendidikan yang berbeda. Tetapi mereka semua menubuatkan hal yang sama – inilah karya Tuhan. Jika keristenan adalah agama maka tidak ada agama yang berani berjanji tentang hidup kekal. Fakta mencatat, ribuan nubuatan sudah terjadi. Kekristenan bukan sekedar agama tetapi relasi dengan Tuhan dan di dalam relasi ada janji.
Seorang profesor di Amerika melakukan penelitian dengan melibatkan 600 mahasisiwa yang memiliki kehidupan rohani yang majemuk. Mereka meneliti 8 nubuatan. Penelitian dilakukan dengan memberi bobot penilain – berapa persen kemungkin dan kesulitan dalam penggenapan. Hasil penelitian dikeluarkan dalam bentuk angka – secara matematis. Kemungkinan janji bisa terjadi adalah 0,000.000.000.000.000.00 atau 0 pangkat 17. Jika digambarkan menggunakan coin, maka membutuhkan paling coin yang bisa menutupi kota Texas dengan ketinggian 60 cm. Dengan menggunakan helicopter 1 coin yang dicat putih dilempar secara acak di atas kota Texas. Kesempatan/kemungkinan 1 orang dengan 1 kesempatan mengambil coin dan langsung bisa mendapatkan coin putih putih, kemungkinannya adalah 1 pangkat 17. Kemungkinannya amat sangat kecil.
Bagaimana respon kita menanti kedatangnNya kedua kali?. Ini adalah musim penggenapan janji – musimnya Roh Kudus dicurahkan. Jangan hanya spesifik menunggu penggenapan janji tentang kepentingan diri sendiri, ada sesuatu yang lebih dahsyat yang Tuhan janjikan yaitu Roh Kudus. Jangan sampai sebagai orang percaya kita menjalani hidup dalam Kesia-siaan – apakah kita sudah menikmati penggenapan janji Allah (kairos)
Apa Syarat untuk menerima penggenapan janji Allah?
1. Percaya Penuh
Roma 4:16 “Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, “
Dalam terjemahan lain dituliskan sebagai berikut “Jadi, kunci untuk dibenarkan di mata Allah adalah percaya penuh! Orang-orang yang percaya penuh kepada-Nya akan menerima berkat dari janji Allah seperti yang terjadi kepada Abraham. Allah mengatur cara itu supaya pembenaran sesuai dengan janji itu merupakan hadiah yang diberikan secara cuma-cuma. Dan kalau janji itu adalah hadiah, artinya semua keturunan rohani pasti akan menerimanya. Janji itu bukan hanya untuk keturunannya yang hidup sesuai Hukum Taurat, tetapi juga untuk keturunan yang percaya penuh seperti dia. Dihadapan Allah, secara rohani Abraham adalah nenek moyang kita semua.”
Janji yang diterima bukan karena pantas tetapi sebagai kasih karunia. Kita hidup tidak hanya di dimensi jasmani, tetapi juga dimensi rohani. Oleh karena itu kita kuga menghadapi peperangan rohani. Secara jasmani kita bukan keturunan Abraham tetapi kita adalah anak-anaknya secara rohani. Jadi, jika kita percaya penuh pada Allah seperti yang dilakukan Abraham – bapa rohani kita maka kita juga berhak mendapat janji karena telah menjadi anak Abraham secara rohani.
Ketika percaya penuh pada Tuhan, kita tidak akan sibuk memikirkan bagaimana cara Tuhan menggenapi janji-Nya. Sara yang mandul bisa melahirkan Ishak. Daud yang imut bisa mengalahkan Goliat – raksaka filistin. Ikuti saja cara Tuhan yang tidak mungkin – percaya saja padaNya – percaya penuh
2. Hikmat
Yakobus 1: 5 “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, — yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit –, maka hal itu akan diberikan kepadanya.”
Jika kita membaca dari ayat 2, maka kita akan mendapati ada beberapa hal yang sulit untuk kita mengerti, yaitu bagaimana mungkin berbahagia ketika menghadaoi cobaan, bagaimana ujian menghasilakn ketekunan. Oleh karenanya jika kita tidak bisa mengerti maksud Allah, kita harus minta pengertian pada Allah. Minta dalam iman, jangan bimbang.
Kisah Para Rasul 1:8 “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Dalam masa persiapan – kita memerlukan percaya penuh dan hikmat, semua bisa kita terima. Roh Kudus yang akan mengingatkan kita akan janji-janji Allah. Tanpa Roh Kudus kita akan mudah terombang-ambing, mudah mengeluh. Tetapi dengan Roh kudus – Ia akan mengingatkan kita. Hingga pemulihan segala sesuatu – Roh Kudus berperan dalam kehidupa kita. Mari bangkitan kerinduan akan kepenuhan Roh Kudus.
Siapa saja yang berhak menerima Roh Kudus yang dijanjikan?
Yoel 2:28 “Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan.”
Diberikan kepada : semua manusia, lebih spesifik :
- Anak-anakmu laki-laki dan perempuan – bernubuat
- Orang-orangmu yang tua – mendapat mimpi
- Teruna-teruna – mendapat penglihatan-penglihatan
- Hamba-hambamu laki-laki dan perempuan – ku curahkan rohKu
Roh Kudus bukan milik orang tua saja, tetapi bagi semua – bahkan generasi yang paling muda sekalipun bisa memiliki Roh Kudus. Tentu menjadi sesuatu yang sangat membahagiakan jika anak-anak kita bernubuat, memberikan kekuatan kepada teman-temannya yang sedang menghadapi permasalahan. Generasi yang kudus adalah generasi dari yang paling muda hingga tua menjadi generasi yang kudus – pikiran, perkataan, perilaku kudus. semua bisa terjadi jika dipenuhi Roh Kudus. Oleh sebab itu mari para orang tua – ajak anak-anak mnegikuti ibadah pencurahan Roh Kudus. Orang yang menerima visi yang besar – menerima ujian yang besar, Yusuf – Musa – Daniel dan tokoh iman lainnya menghadai ujian yang besar. Kitapun menerima visi yang besar dari Allah – yaitu menjadi generasi yang kudus, dan Iblis sedang terus berusaha menghancurkan generasi. Iblis membuat para orang tua menjadi tidak kudus sehingga tidak bisa menghadirkan generasi yang kudus. Ayo berjuang bersama dengan Roh Kudus.
Tantangan generasi, Krisis budaya sosial seksual dimulai dari dunia barat
Tahun 1960an
- Revolusi sex (sex diluar pernikahan)
- Penemuan alat kontrasepsi (menghambat pembuahan)
Tahun 1970an
- Krisis aborsi – hamil diluar nikah, aborsi
Tahun 1980an
- Krisis perceraian
Tahun 1990an
- Krisis pornografi on-line (internet)
Tahun 2000an
- Krisis pergaulan bebas
- Sex bebas – jika di tahun 1960an sex bebas dilakukan dengan satu orang saja, maka di tahun ini hubungan sex secara bebas dilakukan dengan lebih dari satu orang. Hal ini dibungkus dengan istilah mengeksplor diri
Tahun 2010
- Krisis pernikahan sesama jenis
Tahun 2020
- Transgender
- LGBTQ+
Ini yang sedang dihadapi oleh generasi kita. Orang tua bertanggungjawab dengan generasi yang lebih muda. Aborsi dan perceraian semakin parah. Seorang remaja (siapa saja) bisa menjual dengan bebas melalui internet foto dirinya dengan tanpa busana. Pornografi online semakin merajalela dan keuntungan yang dihasilkan begitu fantastik – sangat besar dan menggiurkan. Jika gereja tidak berbicara tentang kekudusan – maka generasi akan hancur, rusak. Saat ini di Amerika, para orang tua tidak boleh memberikan gender pada anaknya – semua bebas, gender adalah keputusan anak. Disana tidak ada lagi toilet male dan female. Gerakan LGBT menggunakan logo Pelangi, padahal Pelangi adalah lambang Perjanjian. Di Thailand ada 18 jenis gender. Peperangan rohani ini begitu besar. Dengan jelas kitab Yoel menyebutkan bahwa jenis kelamin hanya ada dua, laki-laki dan perempuan.
Orangtua berkewajiban untuk mengajak anak-anak hidup kudus, tugas pembinaan bisa didelegasikan kepada pemimpin rohani (gembala, guru sekolah minggu, pemiban remaja/kaum muda) – tetapi kewajiban mendidik tidak bisa didelegasikan kepada orang lain. Ajak anak-anak beribadah, oangtua memberikan teladan tentang kehidupan rohani dan relasi dengan Tuhan. Melihat perkembangan zaman yang semakin memprihatinkan ini maka semakin kita membutuhkan Roh Kudus.
Penting
1. Tanpa kekudusan tidak bisa melihat Tuhan
Ibrani 12:14 “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.”
Anak-anak tidak akan bisa berdiri teguh menolak dosa jika hidupnya tidak dipenuhi oelh Roh Kudus. Tanpa kekudusan kita tidak bisa melihat Tuhan. Jika orang tua tidak kudus, bagaimana anak-anak bisa hidup kudus?
2. Tanpa kekudusan tidak megalami pengangkatan/rapture
Wahyu 11:2 “Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya.”
Orang yang tidak kudus tidak mengalami pengangkatan tahap pertama, kecualikan pelataran (kualitas iman belum sesuai standard Allah – tidak hidup dalam kekudusan). Mereka yang hidup di pelataran adalah orang yang sudah bertobat sudah dibaptis tetapi jatuh dalam dosa lagi, bertobat lagi berbuat dosa lagi dan itu terjadi berulang-ulang. Kualitas seperti ini akan ditinggal, tidak akan mengalami pengangkatan tahap pertama. Roh Kudus yang akan menjadi pembeda dalam kehdiupan kita. Selama 3.5 tahun antikris akan berkuasa. Mereka yang tertinggal akan memngalami siksaan berat, begitu mengerikan, tidak akan terjadi lagi – agar mau menyangkal Yesus dan menyembah antikris. Mereka selamat karena darah mereka sendiri – bertahan pada iman sekalipun mengalami penyiksaan berat.
Lukas 17:30-31 “Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya. Barangsiapa pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan barang-barangnya ada di dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia kembali.”
Pengangkatan benar-benar bersifat personal – ditentukan oleh standard kerohanian masing-masing. Sekalipun terikat dalam hubungan suami istri – atau keluarga, jika salah satu tidak memenuhi standard maka akan ditinggal.
Selagi masih ada waktu mari mengejar kekudusan – hidup dalam kekudusan. Mari orang tua mengambil tanggung jawab untuk mempersiapkan generasi yang kudus. Orang yang tidak peduli generasi (bahkan [ada anaknya sendiri) lebih baik baginya diikat batu kilangan dan ditenggelamkan. Ingat, kita harus bertanggungjawab atas generasi yang Tuhan titipkan dalam kehidupan kita.
Penutup, Generasi yang kudus :
- Generasi yang dipenuhi Roh Kudus
- Generasi yang diberi “kuasa” – menghardik iblis, menolak dosa
- Generasi yang menjadi saksi – orangtua bermimpilah memiliki anak yang menjadi saksi dimanapun berada. Yoel terjadi dalam kehidupan anak-anak kita.
Generasi saat ini sedangmenghadapi tantangan yang berat. Mereka tidak hanya berjuang menemukan jati diri, tetapi juga berjuang dengan pengaruh lingkungan yang besar. Orang-orang bisa dengan sangat mudah tertarik, melakukan apa saja untuk memuaskan keinginan diri. Jadi mari para orangtua, menggiring anak untuk mengerti hal-hal yang rohani. Setiap kita memerlukan Roh Kudus untuk menjadi Generasi yang Kudus. Tuhan Yesus memberkati.