HomeBeritaFIRMAN TUHAN IBADAHTHE GODLY RELATION – COVENANT RELATIONSHIP 3

THE GODLY RELATION – COVENANT RELATIONSHIP 3

Ringkasan khotbah Pdt. Yehaziel Silvanus Elnathan Osiyo, M.Th

Minggu 5 Februari 2023

Kekristenan adalah tentang relasi yang kudus dengan Tuhan dan sesama. Berbicara tentang relasi, kita harus tahu apa yang menjadi titik-titik kritis dalam membangun sebuah relasi. Karena manusia tidak memiliki petunjuk apapun tentang menjalin relasi, jadi mari belajar dari Alkitab yang adalah sumber pengetahuan dan sumber hikmat. Ketidaktahuan manusia tentang nilai relasi membuat nilai relasi sangat rendah.

Ketika kita membangun relasi yang kudus maka relasi yang baik mengundang berkat dari Tuhan. Berkat itu sifatnya relasional. Jika kita diberkati, dan karena berkat itu sifatnya relasional maka kita harus menyalurkan berkat itu. Diberkati untuk menjadi berkat.

Seperti halnya berkat, maka sifat dosa juga relasional

Yeremia 32:18 “Engkaulah yang menunjukkan kasih setia-Mu kepada beribu-ribu orang dan yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya yang datang kemudian. Ya Allah yang besar dan perkasa, nama-Mu adalah TUHAN semesta alam,”

Kalimat membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anak, bukan berarti ketika seorang bapa melakukan dosa maka hukuman diberikan kepada anak-anaknya. Siapa yang berbuat, dia yang akan bertanggung jawab, jadi tetap sang bapa yang akan menerima hukuman dosa tersebut. Tetapi efek dosa itu dirasakan oleh generasi-generasi selanjutnya,  mereka ikut merasa malu/takut, dll.

Beberapa contoh peristiwa :

  • Ingat kisah adam dan Hawa di taman Eden. Dampak perbuatan Hawa yang menuruti iblis dirasakan oleh semua mahluk
  • Ingat kisah Yunus, karena melawan perintah Tuhan – seluruh penumpang kapal merasakan dashyatnya badai di lautan
  • Ingat kisah Akhan, (Yosua 7) ia melanggar perintah Tuhan dengan menyembunyikan jarahan perang – seluruh keluarganya ditelan bumi
  • Ingat kisah Korah, Datan dan Abiram (Bilangan 16:11) kumpulan mereka dihukum Tuhan
  • Kita tidak bisa berkata “Jangan ikut campur, ini dosa-dosaku sendiri, tidak ada hubungannya dengan kamu. Aku gak merugikan kamu kok, ini urusanku…” hukuman dosa adalah tanggungjawab pribadi, namun efek dosa merugikan orang-orang yang ada disekililing kita.

Kita tidak bisa hidup dalam iman pada Tuhan tetapi tidak mau menerima teguran dari sesama.  Mari saling berjaga-jaga karena sifat dosa itu relasional. Teguran adalah bentuk kasih, agar dosa tidak berkembang.

Perusak relasi :

I Korintus 1:10 “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.”

I Korintus 6:7 “Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu. Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?”

Rasul Paulus menulis surat ini kepada jemaat di Korintus. Jemaat ini dipenuhi karunia rohani – tetapi dalam praktek hidup keseharian mereka tidak sehati – ada perpecahan. Mari kita sadar bahwa kekristenan adalah relasi, artinya iblis akan selalu mengincar relasi, ada perkara di antara seorang dengan yang lain saja sudah disebut sebagai kekalahan.

Perusak relasi adalah ROH PENGHIANATAN. Ketika dusta mulai masuk dalam relasi maka dusta akan membawa roh penghianatan, dan ini menimbulkan perpecahan. Kedatangan Kristus memulihkan relasi antara manusia dengan Tuhan. Komunitas yang sehat (keluarga, pernikahan) menjadi target iblis untuk dihancurkan. Tidak ada seorangpun yang kebal dengan dosa, oleh karenanya mari berjaga-jaga. Arti penghianatan : menyerahkan dan meninggalkan – komitmen/kepercayaan/perjanjian.

Kisah terpopuler dalam Alkitab tentang penghianatan adalah kisah Yudas Iskariot. Ketika dalam perjamuan makan malam terakhir Yesus sudah mengatakan bahwa akan ada yang menyerahkan Dia. Namun sebelum malam itu, Yudas telah terlebih dahulu bertemu dengan para imam. Tanda penghianatan Yudas pada Yesus adalah ciuman.

Mari mempelajari cara kerja iblis tentang bagaimana ia bisa menguasai pribadi Yudas Iskariot – salah satu murid Yesus. Alkitab tidak menceritakan secara detail siapa sosok Yudas ini, dan bagaimana kedekatan Yudas dengan Yesus. Berdasarkan catatan yang ada, dapat kita simpulkan bahwa Yudas termasuk kategori murid yang medioker – tidak terlalu menonjol, biasa saja. Secara personal, tidak ada alasan bagi Yudas untuk menghianati Yesus. Murid yang lain pernah dimarah oleh Yesus, tetapi Yudas tidak pernah.

Markus 14:18-19 “Ketika mereka duduk di situ dan sedang makan, Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku, yaitu dia yang makan dengan Aku.” Maka sedihlah hati mereka dan seorang demi seorang berkata kepada-Nya: “Bukan aku, ya Tuhan?”

Tidak ada petunjuk bahwa Yudas-lah pelakunya. Para murid tidak bisa memprediksi siapa pelakunya.

Matius 26:2 “Kamu tahu, bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan.”

Yohanes 13:22 “Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya.”

Yohanes 13:28 “Tetapi tidak ada seorang pun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas.”

Orang terdekat tidak menyadari apa yang sedang terjadi pada Yudas – cara kerja iblis begitu halus. Para murid tidak mengerti apa yang dimaksudkan Yesus kepada Yudas (ayat 26-27).

Mengapa Yudas  menghianati Yesus?

Yohanes 12:3-5 “Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?”

Yesus diurapi di Betania adalah sebuah peristiwa yang sangat terkenal. Kisah ini adalah sebuag catatan peristiwa tentang seorang perempuan berdosa yang mengucap syukur karena dosanya telah diampuni. Ia datang untuk mengurapi Yesus dengan minyak narwastu yang sangat mahal. Yudas yang turut dalam rombongan Yesus tidak setuju dengan apa yang dilakukan perempuan berdosa ini. Menurut pendapat Yudas adalah lebih baik jika minyak narwastu itu dijual dan uangnya dibagikan kepada orang miskin. Pendapat Yudas seolah-olah menyatakan bahwa dia adalah pribadi yang begitu peduli dengan kaum yang lemah. Namun fakta yang sebenarnya bukanlah demikian. Ternyata Yudas adalah seorang pencuri. Sebagai bendahara team pelayanan Yesus, Yudas sering mencuri uang yang dipegangnya. Jadi, motivasi pernyataannya adalah supaya ia bisa memegang uang lebih banyak, sehingga bisa menggunakan uang tersebut/mencurinya untuk kepentingannya sendiri.

Roh penghianatan dimulai dari MOTIVASI

Matius 26:14 “Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala.”  – Yudas menjual Yesus. Motivasi Yudas menjadi pengikut Yesus bukan untuk berubah karena pengajaran, melainkan ingin memperkaya diri melalui jabatan yang dipercayakan kepadanya.

Apa motivasi kita saat beribadah, melayani, dll? Jangan sampai di tengah perjalanan motivasi kita bergeser. Menjual nama Yesus untuk kepentingan pribadi/golongan.

Ketika Yesus dicobai di padang gurun, iblis memberikan 3 pertanyaan yang terlihat baik, namun motivasi pertanyaan itu yang ingin menjauhkan dari kasih Allah. Saat kita membangun relasi, mari kembali dengan motivasi yang benar.

Roh penghianatan dibuahi Iblis

Lukas 22:3 “Maka masuklah Iblis ke dalam Yudas, yang bernama Iskariot, seorang dari kedua belas murid itu.”

Yohanes 13:2 “Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia.”

Yohanes 13:27 “Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.”

Ketika kita memiliki motivasi yang tida benar, maka motivasi itu akan dibuahi oleh iblis. Jika motivasi kita benar maka motivasi itu akan di buahi oleh Roh Kudus. Penting bagi kita untuk menjaga motivasi kita. Yudas mampu bernegosisai dengan para pemuka agama. Ini membuktikan bahwa Yudas adalah sosok yang pintar dan punya pengaruh. Ia memiliki skill yang luar biasa, tetapi semua itu digunakan untuk menghianati Yesus.

Apakah Tuhan tidak memperingatkan Yudas?

Lukas 22:21 “Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini.”

Markus 14:18 “Ketika mereka duduk di situ dan sedang makan, Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku, yaitu dia yang makan dengan Aku.”

Matius 26:21 “Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.”

Yohanes 13:21 “Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.”

Lukas 22:48 “Maka kata Yesus kepadanya: “Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?”

Seklipun sudah menerima peringatan demi perigatan, namun Yudas tidak meresponinya. Ingat pilihan kita akan berdampak dengan orang-orang yang terikat relasi dengan kita.

Markus 14:21 “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” –  kulitas seorang penghianat, lebih baik baginya jika tidak dilahirkan.

Mari mengoreksi hati kita masing-masing. Yang Allah Bapa mau, pengorbanan Yesus tidak sia-sia. Tuhan mau kehadiran kita bermakna dan berharga. Apapun latar belakang kita – kita berharga di mata Tuhan.Jangan memilih untuk menjadi seorang penghianat. Kisah Yudas adalah kisah paling tenar setelah kisah Daud dan Goliath. Semua tahu bagaimana akhir hidup Yudas, ia mati bunuh diri dan uangnya tidak berguna. Namun faktanya masih banyak orang percaya yang memilih menjadi yudas-yudas, menghianati perjanjian dengan Tuhan dan sesama.

Nasihat Rasul Paulus kepada Timotius

II Timotius 3:1-5 “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!”

Pilih komunitas/teman/circle dengan benar. Fakta yang paling menyakitkan soal penghianatan adalah penghinatan itu tidak pernah datang dari musuh kita. Penghianatan selalu datang dari orang terdekat.

Relasi kudus yang Tuhan mau

  • Semakin dalam menjalin relasi maka akan semakin dalam juga tanggung jawab dan komitmen. Semakin dalam relasi, semakin mendalam mengenal, semakin kita menjaga relasi. Semakin dalam membangun relasi pelayanan semakin dalam juga tanggungjawabnya.
  • Jika dalam membangun relasi tidak dalam tetapi banyak menuntuk, ini disebut relasi racun. Tidak mengenal dalam, tetapi sudah posesif – banyak menuntut.
  • Relasi dalam tetapi tidak mau terikat dengan tanggungjawab dan komitmen : relasi terbuka

Dalam kerukunan ada berkat – semakin mengenal Tuhan maka semakin kita menjaga relasi kita dengan Tuhan

Perjanjian/covenant – menjaga kesetiaan dibalik penampilan. Banyak orang yang kelihatan hebat, tetapi ternyata tidak setia.Tuhan tidak memperhatikan penampilan luar, yang dilihat adalah kulitas.

Dampak penghinanatan menghancurkan banyak hal, relasi, kepercayaan, karakter, dll. Relasi harus kudus, mengerti perjanjian, setia pada Tuhan.

Sebagai penutup, mari membaca dalam Efesus 4:25 “Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.”  – Manusia baru adalah manusia dengan karakter jujur, berkata benar.

Efesus 4:17-24 “Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” Proses kelahiran menjadi manusia baru.

Setelah menjadi manusia baru, buanglah dusta dan berkata benar. Dusta adalah tabiat – ciri khas manusia lama. Jika seseorang mengaku sebagai orang percaya tetapi suka berdusta, artinya ia masih hidup dalam manusia lama.

Matius 5:37 “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” – Stop dusta

Datang pada Tuhan dengan apa adanya. Akui kelemahan, minta kekuatan, buat komitmen untuk setia. Jangan menghianati pengorbanan Kristus di kayu salib dengan dalam karakter manusia lama yang masih suka berdusta. Tuhan Yesus memberkati.