HomeBeritaFIRMAN TUHAN IBADAHWOMEN ON DUTY (Bag. 1)

WOMEN ON DUTY (Bag. 1)

Ringkasan khotbah Pdt. Otniel Firmanyo Osiyo, M.Th

Minggu, 06 Maret 2022

Dalam Tabernakel, peran perempuan sangat jelas. Hal-hal yang terkait dengan sulam-menyulam, tenunan, semua dikerjakan perempuan Israel. Selain itu perempuan-perempuan Israel mempersembahkan/mengorbankan cermin untuk pembuatan kolam pembasuhan. Ketika itu cermin terbuat dari tembaga dan seng, yang digosok sehingga mampu memantulkan gambar.

1. Konsep Kehadiran Perempuan!

Kejadian 2:18 “TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”

Perempuan dalam bahasa jawa disebut rowang kang sembodo dadi jodone – yang artinya teman hidup yang mampu berada dalam posisi dan tugasnya. Sembodo tidak hanya berbicara fisik, tetapi mencakup banyak hal, antara lain: menghias diri, melayani suami, pandai memasak, hamil dan melahirkan serta membimbing dan mendidik generasi.

Kehadiran perempuan dalam Alkitab :

  • Dihadirkan sebagai penolong bagi pasangan hidup
  • Kondisinya sepadan dengan pasangannya
  • Tujuannya demi kebaikan manusia – kebaikan dalam seluruh aspek kehidupan, kelanjutan karya Tuhan. Tanggungjawab seorang perempuan sangat serius karena ia bertugas menjaga hubungan dalam keluarganya.

Kejadian 1:31 “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.”

Setelah menciptakan manusia, Allah mengatakan sungguh amat baik. Inilah hal yang dirindukan Allah dalam menciptakan laki-laki dan perempuan. Seorang ibu diberi karunia/kemampuan untuk menolong suami. Sekalipun sebagai pemimpin, seorang laki-laki tetap memiliki kelemahan yang hanya bisa disokong oleh perempuan/istri.

2. Keadaan berubah

Kejadian 3:23-24 “Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.

Manusia diusir dan dihalau (disuruh pergi dengan segera – dipaksa keluar) dari taman eden. Mengapa? Karena manusia jadi tidak baik dan tidak layak tinggal di taman eden. Manusia tidak lagi diijinkan bekerja (memeliharan dan mengusahakan) di dalam taman eden. Kesempatan untuk kreatif, inovatif dan aktif di taman eden ditutup Allah.

3. Apa yang terjadi?

Kejadian 3:6 “Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya.”

Perempuan mengambil langkah fatal yang berdampak global. Pentingnya peran perempuan ditata – memahami fungsinya secara utuh sehingga tidak salah langkah. Dalam peristiwa Adam – Hawa – iblis di taman Eden, Adam juga tidak memahami perannya. Ia pemimpin yang tidak memuridkan istrinya. Adam membiarkan Hawa berbincang-bincang dengan iblis, mengambil – memakan buah yang dilarang itu, dan Adam menerima buah itu dan turut memakannya.

Roma 5:12 “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.”

Dampak keputusan Hawa mengglobal – seluruh dunia merasakan dampaknya, seluruh manusia jadi berbuat dosa. Ketika Allah bertanya, Adam tidak hanya  menyalahkan Hawa tetapi juga menyalahkan Allah. Adam memgelak dari tanggungjawab. Awalnya Adam menyebut Hawa sebagai tulang dari tulangku dan daging dari dagingku (Kejadian 2:23), tetapi kini Adam menyalahkan Allah dengan megatakan bahwa perempuan yang Kau tempatkan di sisiku…….(Kejadian 3:12)

I Timotius 2:12-14 “Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri. Karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa.

Seharusnya perempuan berada pada posisi yang tepat untuk tidak  mengajar dan memerintah laki-laki yang adalah kepala/pemimpin. Landasan/latar belakang penulisannya adalah – Adamlah yang dijadikan terlebih dahulu. Istri yang sok menjadi kepala dalam rumah tangganya membuat kehidupan di rumah menjadi tidak harmonis. Pria membutuh penghargaan dari istri, jadi jangan melecehkan/merendahkan suami di hadapan orang lain atau di hadapan umum. Jadilah istri yang maksimal dalam perannya, yaitu sebagai penolong bukan perongrong.

4. Masih ada harapan

I Timotius 2:15 “Tetapi perempuan akan diselamatkan karena melahirkan anak, asal ia bertekun dalam iman dan kasih dan pengudusan dengan segala kesederhanaan.”

Perempuan akan diselamatkan karena :

  • Melahirkan anak
  • Bertekun dalam iman dan kasih, I Petrus 3:1-5 – kecantikan batiniah (sikap hidup) bisa menyelamatkan suami
  • Hidup dalam kekudusan dan kesederhanaaan

Semua kriteria yang kita bahas di atas ada pada sosok ada pada MARIA

Lukas 1:38 “Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.”

Perkataan maria adalah bukti loyalitasnya yang tinggi kepada Tuhan. Hal ini berbanding terbalik dengan sikap Hawa yang penuh ambisi ingin menjadi seperti Allah, ingin tahu yang baik dan jahat. Hawa terlalu berlebihan dalam mengembangkan keinginan diri, sedangkan Maria menyerahkan hidup sepenuhnya dalam kehendak Allah.

Imamat 20:10 Bila seorang laki-laki berzinah dengan isteri orang lain, yakni berzinah dengan isteri sesamanya manusia, pastilah keduanya dihukum mati, baik laki-laki maupun perempuan yang berzinah itu.”

Hukum bagi pelaku perzinahan adalah hukuman mati. Maria adalah perempuan suci – kudus, sedangkan Hawa tidak loyal dengan perkataan Tuhan. Maria rela kehendak Tuhan terjadi dalam kehidupannya. Loyalitasnya pada Allah mampu melenyapkan ketakutan akan bayangan hukuman mati karena hamil tanpa suami. Di sisi lain Allah berkarya dalam kehidupan Yusuf yang mulai ragu melanjutkan hubungannya dengan Maria.

5. Perhatikan

Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Roma 5:19 “Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.”

Sosok yang dilahirkan maria – lah yang akhirnya menghadirkan keselamatan global termasuk bagi perempuan. Iman Maria luar biasa, ketaatannya sangat besar. Yesus Kristus lahir sebagai Juru Selamat seluruh umat manusia.

6. Kesimpulan

Lihat betapa mulia peran perempuan sederhana dan hidup dalam kekudusan serta bertekun dalam iman bahkan menghadirkan generasi ilahi (Maleakhi 2:15). Peran perempuan begitu mulia- kehadiran  generasi ilahi tidak bisa lepas dari peran ibu. Didikan dimulai dari keluarga, ibu memiliki lebih banyak waktu dengan anak – sehingga diwaktu-waktu yang berharga ini, para ibu memaksimalkan dengan menanamkan nilai-nilai  tentang Tuhan.

1 Petrus 3:3-6 “Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya, sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.

Perempuan yang dikehendaki Allah adalah perempuan yang takut akan DIA, lemah lembut, menaruh pengharapannya pada Allah dan tunduk kepada suami. Kecantikan batiniah ini adalah perhiasan yang berharga di mata Allah.

Bonus buat suami, I Petrus 3:7 “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.” – Sikap suami yang benar (penuh kasih, tidak otoriter) terhadap istri akan membuahkan berkat, yaitu doanya dijawab Tuhan.

PEREMPUAN AKAN MENJADI PRIBADI YANG MAKSIMAL KETIKA IA BERPERAN SESUAI DENGAN FUNGSI YANG SUDAH DITETAPKAN ALLAH

Tuhan Yesus memberkati (Cy-M)